Photo taken by Bunny Hillary |
Gunung Semeru merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 mdpl dari permukaan laut. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Puncaknya para dewa dan impian semua para pendaki dari Pulau Jawa ataupun luar jawa, bahkan dari mancanegara. Akses menuju Gunung Semeru (Mahameru) yang pada umumnya di gunakan para pendaki adalah melalui Desa Ranu Pani, Lumajang.
Dari Malang, naik angkutan umum menuju pasar tumpang, kemudian di lanjutkan dengan menggunakan jeep menuju Desa Ranu Pani, perjalanan menuju Desa Ranu Pani sendiri pun sudah cukup melelahkan, karena terjalnya tanjakan-tanjakan, jalan yang sempit, berlubang dan berliku-liku. Namun, di sepanjang perjalanan kesana kita akan di suguhi dengan pemandangan-pemandangan yang sangat indah dan akan melihat salah satu “Landscape” terbaik di Pulau Jawa. Di Desa Ranu Pani, dimana pendakian akan dimulai, pendaki akan disuguhi dengan pemandangan Ranu Regulo/ Danau Regulo.
Photo taken by Bunny Hillary |
Jalurnya yang sudah sangat jelas dan di rawar cukup baik, sebagian besar trek berupa jalur landai menyusuri pinggiran lembah. Dan terdapat 4 buah pos (shelter) peristirahatan yang telah disediakan agar para pendaki bias beristirahat melepas lelah atau bahkan bermalam. Namun sangat di sayangkan, kondisi pos (shelter) 3 sudah sangat rusak parah bahkan ambruk dan belum di perbaiki.
Setelah menginap di Ranu Kumbolo, pendaki yang akan melanjutkan perjalanan menuju puncak akan melewati tanjakan, yang dinamakan dengan Tanjakan Cinta. Yang mitosnya mengatakan bahwa “Siapapun yang berhasil melalui tanjakan ini tanpa bersitirahat, berbicara dan bahkan tanpa menengok ke belakang, maka cintanya akan terkabul.” Benar atau tidak??? Silahkan di coba :)
Setibanya di atas tanjakan cinta, pendaki akan melihat pemandangan padang rumput yang begitu sangat luas, yaitu Oro-oro Ombo, yang apabila musim penghujan disini juga akan terlihat “Padang Lavender” yang menjadi salah satu daya tarik juga bagi para pendaki untuk berfoto dan menyimpan kenangan indah bersama padang lavender ini, serta duduk istirahat memandang ungunya dari atas. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel.
Setelah menikmati Oro-oro Ombo, kita akan sampai di blok Cemoro Kandang, are hutan cemara yang akan sedikit menanjak sampai blok Jambangan. Dari blok Jambangan, jalan sudah lebih landai dan akan terlihat banyak sekali bunga abadi. Keindahan bunga Edelweiss ini begitu sangan memanjakan mata, sangat terpukau dengan keindahan yang diberikan bunga ini.
Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun, Karena disini dekat dengan sumber air terakhir “Sumber Mani” ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung.
Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor.
Photo taken by Bunny Hillary |
No comments:
Post a Comment